Selasa, 03 Desember 2019



PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL DI SD

                                        
                                              
                     
                             
                           ANTON HILMAN,S.Pd, M.Pd
                 SDN  08 TAROK DIPO KOTA BUKITTINGGI

Arus globalisasi saat ini menyebabkan terkikisnya nilai-nilai kebangsaan pada warga negara Indonesia khususnya para pelajar di berbagai tingkat pendidikan. Fenomena tersebut bahkan telah menyebabkan lunturnya identitas kebangsaan dikalangan para siswa.Hal ini tentu saja harus mendapatkan perhatian serius dari kita semua khususnya para pelaku dunia pendidikan, Fakta yang muncul adalah siswa lebih bangga dengan hasil budaya asing daripada budaya bangsanya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya rasa bangga yang lebih pada diri anak manakala menggunakan produk luar negeri (impor), dibandingkan jika menggunakan produk bangsanya sendiri. Bahkan saat inipun anak-anak sudah tidak mengenal lagi permainan tradisional (seperti: congklak, petak umpet, lompat tali, dll) karena sudah teralihkan dengan permainan yang terdapat dalam Gadget. Padahal permainan tradisional tersebut merupakan bagian dari kearifan lokal sebagai salah satu unsur kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan  berbasis  kearifan  lokal adalah  pendidikan  yang  mengajarkan  peserta  didik  untuk  selalu  lekat  dengan  situasi  konkret  yang  mereka  hadapi. Dengan itu, peserta  didik  akan semakin  tertantang  untuk  menanggapi setiap situasi  secara  kritis dan melatih keaktifan serta kemandiriannya sehingga nantinya akan meningkatkan keterampilan social peserta didik itu sendiri. Kearifan lokal juga merupakan usaha untuk menemukan kebenaran yang didasarkan pada fakta-fakta atau gejala-gejala yang berlaku secara spesifik dalam sebuah budaya masyarakat tertentu. Proses ini akan menghasilkan pengetahuan yang menggambarkan tentang kearifan lokal itu sendiri, yaitu gambaran mengenai sikap atau tingkah-laku yang mencerminkan budaya asli suatu daerah tertentu. Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber materi dan nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam pembelajaran IPS di sekolah.
Pengembangan keterampilan sosial anak melalui kegiatan bermakna dan menyenangkan dapat dijelaskan dengan teori Developmentally Appropriate Practice. Pendekatan ini dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat, minat, dan potensi-potensi yang dimilikinya sesuai dengan perkembangannya (Kurniati,2016: 13). Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada Developmentally Appropriate Practice, menempatkan anak sebagai individu yang berada pada center of action. Pemilihan strategi pembelajaran yang tertuang dalam program pendidikan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak, bukan anak yang menyesuaikan program yang dibuat oleh orang dewasa dan harus disesuaikan dengan konteks budaya dimana peserta didik itu berada.
Oleh karena itu, perlu dikaji lebih dalam lagi  bagaimana menanamkan rasa cinta budaya bangsa sendiri kepada peserta didik melalui pengintegrasian nilai-nilai budaya lokal (kearifan lokal) dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar.  Karena pengenalan kearifan local harus diajarkan sedini mungkin, yang nanti akan memiliki pengaruh terhadap sifat dan tingkah laku peserta didik dimasa yang akan datang. Dengan mengenal, mencintai, dan melestarikan kearifan lokal, jati diri bangsa Indonesia tidak akan hilang, sehingga akan melahirkan generasi muda yang mencintai budaya daerahnya, memiliki sikap nasionalisme yang kuat terhadap Negaranya.



8 komentar:

  1. Bagus...justru ini yang perlu digalakkan...agar anak-anak kembali mengenal kearifan lokal yang ada di lingkungan masyarakat. Bukan budaya liar yg jauh beda dengan kebudayaan Indonesia.

    BalasHapus
  2. Semoga pengaruh perkembangan saat ini tidak menghilangkan aneka budaya bagi anak kita, terutama dilingkungan nagari kita sendiri.
    Lanjutkan pak Anton..

    BalasHapus
  3. Itulah salah satu dampak dati perkembangan tekonologi, ada nilai-nilai yang tergeser bahkan terlupa. Ini Artikel yang menarik juga bermanfaat pak.Mantap.

    BalasHapus
  4. Sedih banget anak sekarang jadi punya dunia antara dia dengan gadget nya. Perkembangan motorik pun jadi lambat. Pergaulan pun menjadi tidak luas. Semoga pembelajaran berbasis kearifan lokal ini bisa mengembalikan dunia anak-anak yang sebenarnya harus mereka rasakan pada saat ini.

    BalasHapus
  5. Keren sekali artikelnya Pak guru,,, semoga sama-sama bisa kita bangkitkan dan gaitkan lagi kearifan lokal yang sduah mulai memudar

    BalasHapus