PEMBELAJARAN BERBASIS
KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL DI SD
ANTON HILMAN,S.Pd, M.Pd
SDN 08 TAROK DIPO KOTA BUKITTINGGI
Arus globalisasi saat ini
menyebabkan terkikisnya nilai-nilai kebangsaan pada warga negara Indonesia
khususnya para pelajar di berbagai tingkat pendidikan. Fenomena tersebut bahkan
telah menyebabkan lunturnya identitas kebangsaan dikalangan para siswa.Hal ini
tentu saja harus mendapatkan perhatian serius dari kita semua khususnya para
pelaku dunia pendidikan, Fakta yang muncul adalah siswa lebih bangga dengan
hasil budaya asing daripada budaya bangsanya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan
adanya rasa bangga yang lebih pada diri anak manakala menggunakan produk luar
negeri (impor), dibandingkan jika menggunakan produk bangsanya sendiri. Bahkan
saat inipun anak-anak sudah tidak mengenal lagi permainan tradisional (seperti:
congklak, petak umpet, lompat tali, dll) karena sudah teralihkan dengan
permainan yang terdapat dalam Gadget. Padahal permainan tradisional tersebut merupakan bagian dari
kearifan lokal sebagai salah satu unsur kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan berbasis
kearifan lokal adalah pendidikan
yang mengajarkan peserta
didik untuk selalu
lekat dengan situasi
konkret yang mereka
hadapi. Dengan itu, peserta
didik akan semakin tertantang
untuk menanggapi setiap situasi secara
kritis dan melatih keaktifan serta kemandiriannya sehingga nantinya akan meningkatkan keterampilan
social peserta didik itu sendiri.
Kearifan lokal juga merupakan usaha untuk menemukan kebenaran yang didasarkan
pada fakta-fakta atau gejala-gejala yang berlaku secara spesifik dalam sebuah
budaya masyarakat tertentu. Proses ini akan menghasilkan pengetahuan yang
menggambarkan tentang kearifan lokal itu sendiri, yaitu gambaran mengenai sikap
atau tingkah-laku yang mencerminkan budaya asli suatu daerah tertentu. Hal ini
dapat dijadikan sebagai sumber materi dan nilai-nilai yang harus ditanamkan
dalam pembelajaran IPS di sekolah.
Pengembangan keterampilan sosial anak melalui kegiatan
bermakna dan menyenangkan dapat dijelaskan dengan teori Developmentally Appropriate Practice. Pendekatan ini dapat memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat, minat, dan potensi-potensi
yang dimilikinya sesuai dengan perkembangannya (Kurniati,2016: 13). Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada Developmentally
Appropriate Practice, menempatkan anak sebagai individu yang berada pada center of action. Pemilihan strategi
pembelajaran yang tertuang dalam program pendidikan harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan anak, bukan anak yang menyesuaikan program yang dibuat oleh
orang dewasa dan harus disesuaikan dengan konteks budaya dimana peserta didik
itu berada.
Oleh karena itu, perlu dikaji lebih dalam lagi bagaimana menanamkan rasa cinta budaya bangsa
sendiri kepada peserta didik melalui pengintegrasian nilai-nilai budaya lokal
(kearifan lokal) dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar. Karena pengenalan kearifan local harus
diajarkan sedini mungkin, yang nanti akan memiliki pengaruh terhadap sifat dan
tingkah laku peserta didik dimasa yang akan datang. Dengan mengenal, mencintai,
dan melestarikan kearifan lokal, jati diri bangsa Indonesia tidak akan hilang,
sehingga akan melahirkan generasi muda yang mencintai budaya daerahnya,
memiliki sikap nasionalisme yang kuat terhadap Negaranya.
Bagus...justru ini yang perlu digalakkan...agar anak-anak kembali mengenal kearifan lokal yang ada di lingkungan masyarakat. Bukan budaya liar yg jauh beda dengan kebudayaan Indonesia.
BalasHapusSemoga pengaruh perkembangan saat ini tidak menghilangkan aneka budaya bagi anak kita, terutama dilingkungan nagari kita sendiri.
BalasHapusLanjutkan pak Anton..
Artikelnya sangat membangun pak guru.
BalasHapusArtikelnya sangat membangun pak guru.
BalasHapusItulah salah satu dampak dati perkembangan tekonologi, ada nilai-nilai yang tergeser bahkan terlupa. Ini Artikel yang menarik juga bermanfaat pak.Mantap.
BalasHapusSedih banget anak sekarang jadi punya dunia antara dia dengan gadget nya. Perkembangan motorik pun jadi lambat. Pergaulan pun menjadi tidak luas. Semoga pembelajaran berbasis kearifan lokal ini bisa mengembalikan dunia anak-anak yang sebenarnya harus mereka rasakan pada saat ini.
BalasHapusArtikelnya bagus sekali pak
BalasHapusKeren sekali artikelnya Pak guru,,, semoga sama-sama bisa kita bangkitkan dan gaitkan lagi kearifan lokal yang sduah mulai memudar
BalasHapus